Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrako yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Suku NIAS adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias.
Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah). Suku Nias mengenal sistem kasta (tingkatan). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari sampai berminggu-minggu. Leluhur pertama Ono niha (suku nias) turun dari negeri asalnya Tetehõli'ana'a. Mereka sebanyak lima orang, yang disebut "Si Lima Bõrõdanõmõ". Mereka datang berurutan dalam selang waktu yang relatif singkat. Mereka berasal dari satu keluarga, yaitu keluarga Raja BALUGU SIRAO, Raja negeri Tetehõli'ana'a. Balugu Sirao mempunyai empat orang putra satu orang cucu. Keturunan Balugu Sirao bernama:
1. Hiawalangi'adu.
Hiawalangi'adu tiba di bagian selatan Tanõ Niha bermukim di kawasan hulu sungai gomo. Beliau kemudian mendirikan banua (kampung) pertamanya "Sifalagõ-Gomo", yang lebih terkenal Banua Bõrõnadu (Kecamatan Gomo sekarang). Hingga sekarang masih dihuni penduduk, dan disana-sini tampak peninggalan kuno megalitkultur, seperti kuburan Hia Walangi'adu, tugu-tugu batu, dan sebaginya. (Diantaranya ada yang berumur 3000-4000 tahun).
1. Hiawalangi'adu.
Hiawalangi'adu tiba di bagian selatan Tanõ Niha bermukim di kawasan hulu sungai gomo. Beliau kemudian mendirikan banua (kampung) pertamanya "Sifalagõ-Gomo", yang lebih terkenal Banua Bõrõnadu (Kecamatan Gomo sekarang). Hingga sekarang masih dihuni penduduk, dan disana-sini tampak peninggalan kuno megalitkultur, seperti kuburan Hia Walangi'adu, tugu-tugu batu, dan sebaginya. (Diantaranya ada yang berumur 3000-4000 tahun).
2. Gõzõ Helaheladanõ.
Gõzõ Helaheladanõ tiba di bagian utara Tanõ Niha (Tanõ Nihayou, termasuk daerah Laraga, Kecamatan Gunungsitoli dan Tuhemberua). Kemudian beliau pindah ke sebelah Utara di daerah Lahewa dan mendirikan banua pertamanya bernama Hili Gõzõ. Sekarang tinggal puing dengan bukti peninggalannya sepasang Tugu Batu.
3. Hulu Hada (Hulu Bõrõdanõ)
Hulu Hada tiba di bagian Barat Tanõ Niha dan mendirikan banua pertamanya Laehuwa (di tepi sungai Oyo). Sekarang tinggal puing dengan bukti peninggalannya beberapa tugu batu.
4. Daeli
Daeli tiba di bagian Timur Tanõ Niha, lalu mendirikan banua pertamanya Tõlamaera (di tepi sungai Idanoi). Kini tinggal puing, dengan bukti peninggalannya Kuburan Daeli bernisan batu.
5. Silõgubanua
Balugu Silõgubanua adalah cucu Balugu Sirao, putera sulung dari Balugu Luomewõna (putera Balugu Sirao, saudara Hiawalangi’adu). Luomewõna, tinggal di Teteholi’ana’a, beliau menjadi Raja menggantikan ayahnya Balugu Sirao. Silõgubanua tiba di sebelah barat Tanõ Niha, lalu bermukim dan mendirikan banua pertamanya Hiambua (di sebelah Timur Sungai Oyo). Sekarang sebagian masih dihuni oleh penduduk dan masih terdapat peninggalan kuno beberapa Tugu Batu.
Pemukiman pertama para leluhur Silima Bõrõdanõmõ tersebut di atas, menjadi pusat penyebaran penduduk, yang bergelombang menurut waktu dalam lingkaran yang bertingkat-tingkat lalu mendirikan pemukiman baru. Pemukiman baru itu juga menjadi puat kedua penyebaran penduduk. Demikian seterusnya hingga memenuhi pelosok Tanõ Niha, sampai di Kepulauan Hinako (sebelah barat) dan Kepulauan Batu (sebelah tenggara).
Keturunan dari masing-masing leluhur Silima Bõrõdanõmõ memakai identitas. Mula-mula mereka memakai istilah Ono (anak). Misalnya: Ono Delau, Ono Dohulu, Iraono Lase, dsb. Tetapi kemudian pada masa Pemerintahan Belanda (sewaktu dikeluarga surat pas, semacam kartu penduduk), mulai dipergunakan istilah Mado (Mado berasal dari kata Madou). Mado itu bukan hanya diambil dari nama leluhur pertama, tetapi juga dari nama leluhur berikutnya yang lebih terkenal atau jaya menurut mereka (menurut gelar karena pesta adat “owasa” yang dilakukan selama berhari-hari sampai berminggu-minggu, dan menyembelih ribuan ekor ternak babi). Demikianlah hingga sampai saat ini kita mengenal bermacam-macam mado (marga), misalnya:
-Dari Keturunan Hiawalangi’adu: Mado Hia, La’ia, Dachi, Waruwu, Harefa, Telaumbanua, dll.
-Dari Keturunan Gõzõ Helaheladanõ: Mado Baeha, Dawõlõ.
-Dari Keturunan Hulu Hada: Mado Hulu, Nazara, zaluchu, dll.
-Dari Keturunan Daeli: Mado Daeli, Gea, Larosa, dll.
-Dari Keturunan Silõgubanua: Zebua, Zai, Zega, dll.
Ketika para leluhur pertama itu tiba di Tanõ Niha, tak seorangpun manusia terdahulu dari mereka, sehingga mereka Silima Bõrõdanõmõ dan keturunan mereka, menjadi etnis pertama dan penduduk asli di Tanõ Niha dan kepulauan sekitarnya. Selain itu ada etnis asing yang disebut “Dawa”, yaitu orang-orang yang datang kemudian ( Sifatewu : Pendatang/penumpang yang belum terikat dengan hukum adat setempat dan tidak memiliki hak atas tanah, pemerintahan dsb), kecuali kalau mereka telah mengikat dirinya dengan Hukum Adat dengan memenuhi syarat dan norma tertentu. Mereka ini pun berstatus sebagai warga masyarakat yang sah dalam Banua setempat, seperti sowanua. Mereka memiliki hak atas tanah dan pemerintahan menurut Hukum Adat setempat.
Saohagölö,mantap semoga kita anak Nias tidak lupa akan sejarah leluhur kita sebagai bagian dari identitas kita sebagai Orang Nias yang berbudaya.
BalasHapusGood... maju niasku sejahtera aman dan damai. Takut akan Tuhan
BalasHapustq
suka. bantu banget infonya kak.... soalnya pustaka yang bahas tentang nias agak sulit dicari ya??? huhuhuhu
BalasHapusoia. bagi info tentang mite lowalangi dan laturedano dong kak... hehehehe
Menurut saya ada yg mis di tulisan ini. Asal muasal suku Nias adalah Mado Hia yg mempunyai 9 orang anak yg menjadi marga2 nias lainnya. Tolong ditanyakan kepada sesepuh Marga Hia, jangan ngarang sendiri.
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusmohon maaf ya postingannya kurang lengkap.. Klo mau posting tanyakan dulu pada tetua nias yg jelas terimakasih
BalasHapusNice Post bro,,,, Mari majukan Pulau Nias... Salam Blogger..
BalasHapusSaya tunggu kunjungannya http://bloggerononiha.blogspot.com/